Selasa, 10 Desember 2013

Makna Relik



MAKNA RELIK

          


Tubuh yang terdiri dari darah dan daging ini adalah berasal dari kedua orang ua yang pada kahirnya akan menjadi lapuk, busuk dan terurai. Namun dalam Buddhisme, tubuh raga ini dapat bertahan dalam waktu ratusan bahkan ribuan tahun dengan tanpa menggunakan bahan pengawet ataupun teknik penyedotan seperti halnya mumi. Inilah yang kita namakan Relik Tubuh (Relik Seluruh Tubuh).

            Dalam agama Buddha, relik menempati porsi tersendiri, lalu, apa sebenarnya yang disebut dengan relik itu?
            Istilah relik atau Sarira dalam sansekerta, bermakna “Benda atau tulang sakral” yang merupakan sisa peninggalan tubuh jasmani setelah proses kremasi (pembakaran). Namun tidak semua orang dapat meninggalkan relik. Dalam Sutra Cahaya Emas (Cin Kuang Ming Cing) – Suvarnaprabhasottama Sutra) dikatakan: “Relik adalah hasil dari pelatihan Moralitas, Konsentrasi dan Kebijaksanaan. Sulit diperoleh, merupakan ladang kebijaksanaan tertinggi.”
            Relik terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Butir/Bunga Relik dan Relik Tubuh. Benda-benda terbentuk kristal yang tersisa dan proses pembakaran jenazah (sisa tulang, rambut, daging, tempurung kepala, jari tangan, gigi dan sebagainya), untuk yang terbentuk bulatan atau butiran beras disebut “butir relik”, sedang yang berbentuk tidak beraturan disebut “bunga relik”. Relik ini bersifat sangat keras.
            Adapula yang setelah wafat tubuhnya tidak dikremasi, lalu seiring dnegan berjalannya waktu, tubuh jasmani ini tidak menjadi busuk ataupun lapuk, inilah yang disebut sebagai “Tubuh Indan Tidak Rusak” atau “Relik Tubuh”.
            Kenapa pula disebut Tubuh Indan? Ini karena tubuh itu diibaratkan sebagai Intan yang notabene merupakan berda terkeras di dunia.
            Dalam pandangan Mahayana, mereka yang mampu membentuk relik tubuh diberi kehormatan dengan sebutan “Roushen Pusa” (Bodhisattva Tubuh Daging, atau dalam arti sebenarnya adalah Bodhisattva Relik Tubuh).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar