MAKNA RELIK
Dalam agama Buddha, relik
menempati porsi tersendiri, lalu, apa sebenarnya yang disebut dengan relik itu?
Istilah relik atau Sarira
dalam sansekerta, bermakna “Benda atau tulang sakral” yang merupakan sisa
peninggalan tubuh jasmani setelah proses kremasi (pembakaran). Namun tidak
semua orang dapat meninggalkan relik. Dalam Sutra Cahaya Emas (Cin Kuang Ming
Cing) – Suvarnaprabhasottama Sutra) dikatakan: “Relik adalah hasil dari
pelatihan Moralitas, Konsentrasi dan Kebijaksanaan. Sulit diperoleh, merupakan
ladang kebijaksanaan tertinggi.”
Relik terbagi menjadi 2
jenis, yaitu Butir/Bunga Relik dan Relik Tubuh. Benda-benda terbentuk kristal
yang tersisa dan proses pembakaran jenazah (sisa tulang, rambut, daging,
tempurung kepala, jari tangan, gigi dan sebagainya), untuk yang terbentuk
bulatan atau butiran beras disebut “butir relik”, sedang yang berbentuk tidak
beraturan disebut “bunga relik”. Relik ini bersifat sangat keras.
Adapula yang setelah wafat
tubuhnya tidak dikremasi, lalu seiring dnegan berjalannya waktu, tubuh jasmani
ini tidak menjadi busuk ataupun lapuk, inilah yang disebut sebagai “Tubuh Indan
Tidak Rusak” atau “Relik Tubuh”.
Kenapa pula disebut Tubuh
Indan? Ini karena tubuh itu diibaratkan sebagai Intan yang notabene merupakan
berda terkeras di dunia.
Dalam pandangan Mahayana,
mereka yang mampu membentuk relik tubuh diberi kehormatan dengan sebutan
“Roushen Pusa” (Bodhisattva Tubuh Daging, atau dalam arti sebenarnya adalah
Bodhisattva Relik Tubuh).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar